Sebagai kepala sekolah, Anda mungkin sering mendapati siswa yang terlihat paham saat pelajaran berlangsung, tetapi saat ulangan tiba, mereka lupa hampir semua materi. Atau siswa yang menghafal rumus sehari sebelum ujian, lalu melupakan semuanya seminggu kemudian. Ini bukan soal siswa yang malas atau bodoh, ini tentang bagaimana otak manusia bekerja. Informasi yang hanya masuk ke memori jangka pendek akan cepat menguap, sementara pembelajaran bermakna memerlukan transfer ke memori jangka panjang. Di sinilah pendekatan STEM menjadi solusi yang terbukti efektif.
Akar Masalah: Ketika Pembelajaran Tidak Melekat di Ingatan
Mari kita hadapi kenyataan yang mengkhawatirkan: penelitian menunjukkan bahwa manusia lupa sekitar 50% informasi baru dalam satu jam setelah mempelajarinya. Bayangkan berapa banyak waktu, energi, dan biaya yang terbuang ketika setengah dari apa yang guru ajarkan menguap begitu saja.
Masalahnya bukan hanya tentang lupa. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia, Professor Abdul Mu’ti, menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi learning loss yang signifikan. Siswa tidak hanya kehilangan motivasi, tetapi juga kehilangan kemampuan untuk menyerap dan menyimpan pengetahuan dengan efektif.
Apa yang salah? Dalam banyak kasus, metode pengajaran kita masih bergantung pada ceramah satu arah dan hafalan. Siswa mencatat, menghafal, mengerjakan soal lalu lupa. Memori jangka pendek hanya mampu menyimpan informasi selama 30 detik, dan tanpa strategi yang tepat, informasi tersebut tidak akan pernah sampai ke memori jangka panjang yang menyimpan pengetahuan secara permanen.
Tanda-tanda siswa yang hanya menggunakan memori jangka pendek:
- Bisa menjawab pertanyaan saat pelajaran, tetapi lupa saat ulangan minggu depan
- Menghafal rumus tanpa memahami konsep di baliknya
- Tidak bisa mengaplikasikan pengetahuan ke situasi baru atau masalah nyata
- Cepat bosan dan kehilangan minat karena merasa pembelajaran tidak relevan
Sumber data:
Pendekatan STEM: Mengubah Memori Sesaat Menjadi Pemahaman Mendalam
Pendekatan STEM menawarkan jalan keluar yang berbasis riset kognitif. Untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, otak perlu terpapar informasi tersebut beberapa kali dan secara aktif mengambil kembali informasi tersebut. Inilah kekuatan pembelajaran STEM kontekstual.
Ketika siswa tidak hanya mendengar tentang konsep gravitasi, tetapi merancang dan menguji roket air sendiri, otak mereka melakukan tiga hal sekaligus:
- Encoding aktif: Mereka tidak pasif menerima informasi, tetapi aktif memproses dan menghubungkannya dengan pengalaman konkret
- Repetisi bermakna: Mereka mencoba, gagal, memperbaiki, dan mencoba lagi, setiap pengulangan memperkuat jejak memori
- Emotional engagement: Kegembiraan saat roket berhasil terbang atau frustrasi saat gagal menciptakan “sticky memory” yang lebih mudah diingat
Studi menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pengalaman langsung membantu siswa mempertahankan informasi lebih lama karena mereka menghubungkan teori dengan aplikasi praktis. Siswa yang belajar tentang rangkaian listrik dengan merakit sendiri lampu LED akan mengingat konsep tersebut jauh lebih lama daripada siswa yang hanya membaca diagram di buku.
Mengapa STEM efektif untuk retensi memori jangka panjang:
- Multisensory learning: Melibatkan penglihatan, pendengaran, sentuhan, bahkan penciuman. Semakin banyak indera terlibat, semakin kuat memori terbentuk
- Contextual relevance: Siswa melihat “untuk apa” mereka belajar ini, menciptakan makna yang membuat informasi lebih mudah disimpan
- Active retrieval: Proses problem-solving memaksa otak untuk terus mengambil dan menggunakan informasi, memperkuat jalur neural
- Emotional connection: Pembelajaran yang menyenangkan dan menantang melepaskan dopamin, yang membantu konsolidasi memori
Sumber data:
Langkah Praktis: Pendekatan STEM untuk Membangun Ingatan Kuat
Kepala sekolah tidak perlu menunggu fasilitas sempurna untuk mulai mengubah pembelajaran dari hafalan ke pemahaman. Berikut strategi konkret yang bisa langsung diterapkan:
1. Ubah Pelajaran Teoritis Menjadi Proyek Nyata
Alih-alih hanya mengajarkan konsep fotosintesis, ajak siswa:
- Menanam tanaman dengan variabel berbeda (cahaya, air, nutrisi)
- Mengamati dan mencatat pertumbuhan selama beberapa minggu
- Menganalisis data dan menarik kesimpulan sendiri
Proyek ini memaksa otak untuk berulang kali mengakses informasi tentang fotosintesis, memperkuat jalur memori jangka panjang.
2. Integrasikan Refleksi dan Retrieval Practice
Setelah aktivitas hands-on, jangan langsung lanjut ke topik lain. Beri siswa kesempatan untuk:
- Menuliskan apa yang mereka pelajari dengan kata-kata sendiri
- Menjelaskan konsep kepada teman
- Mengaplikasikan konsep ke situasi baru
Penelitian menunjukkan bahwa memori jangka panjang ditingkatkan ketika siswa terlibat dalam retrieval practice, seperti mengambil tes atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
3. Mulai dari Skala Kecil dan Ukur Dampaknya
Anda tidak perlu mengubah seluruh kurikulum sekaligus. Pilih satu mata pelajaran atau satu kelas sebagai pilot project:
- Bulan 1-2: Terapkan satu aktivitas STEM per minggu
- Bulan 3: Ukur retensi dengan tes setelah 2-4 minggu tanpa review
- Bandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional
Data ini akan menjadi bukti kuat untuk meyakinkan guru lain dan stakeholder.
Tantangan yang mungkin dihadapi dan solusinya
- “Tidak ada waktu untuk hands-on, materi terlalu banyak”: Integrasikan STEM ke dalam materi yang sudah ada, bukan tambahan terpisah. Satu proyek bisa mencakup beberapa kompetensi dasar sekaligus.
- “Guru belum terlatih”: Mulai dengan guru yang antusias, lalu jadikan mereka peer trainer. Learning by doing berlaku juga untuk guru.
- “Anggaran terbatas”: Gunakan bahan murah dan daur ulang. Kardus, sedotan, botol bekas, dan barang rumah tangga bisa menjadi alat pembelajaran powerful.
Sumber data:
Kesimpulan
Keresahan Anda tentang siswa yang tidak semangat untuk belajar adalah valid, ini masalah nyata yang dihadapi banyak sekolah. Tetapi solusinya bukan dengan menambah jam belajar atau memaksa siswa menghafal lebih banyak. Solusinya adalah mengubah cara kita mengajarkan, dari transfer informasi pasif ke pembelajaran aktif yang membangun memori jangka panjang.
STEM bukan sekadar tren pendidikan. Ia adalah pendekatan yang selaras dengan cara kerja otak manusia. Ketika siswa belajar melalui pengalaman langsung, memecahkan masalah nyata, dan melihat relevansi apa yang mereka pelajari, otak mereka secara natural memindahkan informasi dari memori sesaat ke pemahaman mendalam yang bertahan seumur hidup.
Mulailah hari ini dengan satu langkah kecil. Pilih satu konsep yang biasanya sulit diingat siswa, ubah menjadi aktivitas aktif, dan lihat perbedaannya. Ketika siswa berhenti mengeluh “Pak/Bu, kapan kita akan pakai ini?”, Anda tahu Anda sudah di jalur yang benar. klik di sini
Kuanta merupakan lembaga yang berpengalaman dan terpercaya sebagai partner transformasi pendidikan melalui layanan konsultasi, pelatihan, pengembangan kepemimpinan, riset. Serta pendampingan berkelanjutan untuk menjadi lembaga pendidikan terbaik. Kuanta Indonesia bekerjasama dengan kementerian pendidikan, dinas pendidikan, yayasan pendidikan, Sekolah. Selain itu, bekerja sama dengan Direktur Pendidikan, CSR, pengurus yayasan, kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik.
Temukan artikel kami yang lain di link berikut : Kumpulan Artikel Kuanta
Simak juga update terbaru dari kami melalui channel : youtube Kuanta Indonesia
Follow instagram kami di @kuantaindonesia