Sudah berapa lama pandemi menguasai negeri ini. Tidak lagi ada berita prestasi siswa yang muncul di televisi, yang ada hanya artis ternama yang baru naik daun “Covid 19”. Seluruh pelajar dan pengajar merasakan dampak dari pandemi, sehingga sangat minim sekali prestasi di tengah pandemi.
Sempat bahagia dirasakan pengampu pendidikan dan juga orang tua, karena awal ajaran baru kemarin dirasa sudah bisa tatap muka. Tetapi kenyataannya pandemi masih berlanjut, sekolah masih harus tetap daring. Itu hanya menjadi kebahagiaan semu di tengah pandemi
Bagaimana kondisi peserta didik di lapangan? Beberapa peserta didik kesulitan mengakses internet, beberapa lagi bermalas-malasan mengikuti kelas daring dengan alasan bosan, sisanya tetap mengikuti tetapi sudah tidak menunjukkan karakter peserta didik lagi.
Peserta didik kerap kali mengikuti kegiatan virtual dengan berseragam bagian atas saja. Cukup terlihat rapi dibagian atas yang tertangkap kamera. Tidak jarang juga kamera dimatikan oleh siswa. Sang guru menyajikan pembelajran dengan antusias, tetapi di seberang layar malah asik ketiduran. Belum lagi tugas yang kerap tidak dikerjakan oleh siswa.
Ini PR bagi dunia pendidikan. Bukan pandemi yang perlu dipersalahkan, tetapi bagaimana kita mengambil sikap lah yang penting. Bukan pula peserta didik yang disudutkan. Mereka menjadi demikian karena keadaan. Sekolah dan pendidik punya peran penting agar pendidikan tetap bisa berdiri tegak di tengah pandemi. Tetap bisa menjadi sarana untuk turut mencerdaskan anak bangsa seperti yang tertuang di pembukaan UUD. Cerdas yang berkarakter tentunya.
Pendidik bisa terus berinovasi menyelami dunia pendidikan dengan gaya digital yang menarik agar peserta didik tidak bosan dan hilang harapan. Belajar pula bagaimana tetap bisa memberikan pendidikan karakter pada peserta didik, meski dihadapkan pada banyak kendala, termasuk pandemi salah satunya. Pendidik bisa mengikuti Pelatihan Pembelajaran Digital Interaktif ataupun Pelatihan Pendidikan Karakter. Hal ini sebagai upaya untuk terus bergerak, berjuang demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Bagaimana nasib negara ini jika generasi emasnya lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam di depan gadget untuk bermain game. Tetapi tidak bertahan meski hanya 10 menit jika berhadapan dengan gurunya secara virtual.
Bayangkan jika pembelajaran daring dikemas dengan interaktif lewat aplikasi-aplikasi pendukung yang lebih menarik. Seperti halnya peserta didik yang tertarik untuk bermain game. Suara ibu/bapak guru yang menggelegar berintonasi apik dan berkarisma, sehingga peserta didik tidak rela jika harus mematikan kameranya.
Stimulus-respon dari guru dan peserta didik diharapkan bisa balance sehingga pembelajaran daring tidak lagi satu arah. Buktikan bahwa Prestasi di Tengah Pandemi itu sangat memungkinkan. Pendidikan harus bisa baik-baik saja meski dunia sedang tidak dalam keadaan baik.
Penulis:
Linda Diyah Islami, S.Pd
Education Influencer Kabupaten Lumajang