Banyak sekolah hari ini bangga menyebut diri mereka sebagai sekolah besar—jumlah siswa ratusan bahkan ribuan, gedung megah, program unggulan, guru bersertifikasi, dan branding yang kuat. Namun, menjadi besar bukan berarti kebal dari kehilangan. Sekolah ditinggalkan itu sudah banyak terjadi, bahkan yang sebelumnya adalah sekolah ter-favorit disana.
Justru ketika kita berada di puncak, risiko kehilangan kepercayaan walimurid lebih tinggi. Terutama jika kita lengah. Kenapa?
Karena ekspektasi orang tua pun ikut naik. Mereka tidak hanya menilai dari isi brosur atau skor akreditasi, tapi juga dari pengalaman mereka sehari-hari saat berinteraksi dengan guru, staf, hingga sistem layanan sekolah.
68% Orangtua Pergi dari Sekolah karena Merasa Tidak Dihargai
Di Sekolah, kita sering terjebak dalam asumsi bahwa jika kurikulum kuat, guru bagus, dan fasilitas lengkap, maka orangtua akan puas. Faktanya, 68% orang meninggalkan institusi bukan karena kualitas layanan utamanya, tetapi karena merasa diabaikan dan tidak dihargai. Angka ini berasal dari studi layanan pelanggan global—dan relevan sekali untuk dunia pendidikan.
“Siswa keluar bukan karena pelajaran buruk, tapi karena pelayanan buruk.”
Masalahnya Bukan Kurikulum. Masalahnya: Layanan
Orangtua zaman sekarang lebih dari sekadar pencari sekolah. Mereka adalah customer yang sadar nilai, perhatian, dan pengalaman.
Beberapa contoh layanan yang sering mengecewakan:
- Guru atau staf yang tidak ramah saat ditanya.
- Informasi tidak transparan dan terlambat.
- Keluhan yang tidak ditindaklanjuti.
- Tidak ada follow-up atas progres anak.
- Tidak ada sapaan, tidak ada pelibatan emosional.
Akhirnya? Mereka menarik anaknya dan pindah.

Infografik ini menjabarkan 6 alasan utama mengapa pelanggan (walimurid/siswa) meninggalkan layanan kita (sekolah):
Alasan | Persentase | Implikasi di Sekolah |
---|---|---|
💔 Customer believes you don’t care about them | 68% | Orangtua merasa diabaikan, tidak dihargai, dan tidak terlibat secara emosional maupun fungsional. Misalnya, saran tidak didengar, komplain tidak ditindaklanjuti. |
👎 Customer is dissatisfied with your service | 14% | Orangtua tidak puas dengan kualitas pengajaran, program, atau hasil akademik anak. |
🏃 Persuaded to go to a competitor | 9% | Tertarik pada sekolah lain yang menawarkan nilai tambah (kurikulum internasional, fasilitas, guru asing, dll). |
🧑🤝🧑 Gets a friend to provide service | 5% | Orangtua memilih homeschooling, les privat, atau komunitas belajar alternatif. |
🚚 Customer moves away | 3% | Pindah domisili sehingga tidak memungkinkan lanjut di sekolah yang sama. |
⚰️ Customer dies | 1% | Alasan ekstrem dan tidak dapat dikendalikan. |
Apa Makna Utamanya?
🔥 Mayoritas besar (68%) berhenti bukan karena kualitas atau kompetitor, tapi karena masalah emosional—mereka merasa tidak dipedulikan.
Ini menjadi alarm penting bagi sekolah. Banyak pimpinan sekolah ditinggalkan karena hanya berfokus pada:
- Kualitas akademik
- Fasilitas fisik
- Reputasi lulusan
Namun melupakan aspek yang paling krusial dan manusiawi: pelayanan, perhatian, dan relasi emosional.
🏫 Implikasi untuk Dunia Sekolah
Dalam konteks sekolah, ini sangatlah penting:
- Walimurid adalah customer utama. Mereka bisa setia atau bisa berhenti kapan saja.
- Pelayanan prima bukan sekadar sopan. Ini soal membangun kepercayaan dan loyalitas jangka panjang.
- 68% peluang kehilangan siswa bisa dicegah jika sekolah punya budaya komunikasi terbuka, cepat tanggap, dan empatik.
🚀 Solusinya: Bangun Budaya Excellent Service di Sekolah
💡 Sekolah perlu melatih seluruh SDM (guru, admin, satpam, resepsionis, hingga pimpinan) untuk memahami bahwa:
- Layanan yang baik dimulai dari menyapa dengan tulus.
- Tanggap atas komplain bukan beban, tapi kesempatan.
- Orangtua ingin dilibatkan, bukan hanya diinformasikan.
- Siswa ingin diperlakukan sebagai individu, bukan angka.
Maka, pelatihan Excellent Service menjadi kebutuhan strategis.

🛎️ Saatnya Sekolah Memiliki Budaya Excellent Service
Kuanta Indonesia menghadirkan program Excellent Service – In House Training, dirancang khusus untuk sekolah yang ingin:
✔ Meningkatkan citra lembaga
✔ Memperkuat loyalitas dan kepercayaan walimurid
✔ Membangun budaya pelayanan yang profesional dan empatik
📘 Apa yang Akan Dipelajari?
Pelatihan ini membekali tim Anda dengan:
- ✅ Standar layanan berkualitas di lingkungan pendidikan
- ✅ Peran semua tim dalam menciptakan pengalaman pelanggan
- ✅ Teknik mengenali dan melayani berbagai tipe walimurid
- ✅ Memahami karakteristik & ekspektasi orang tua
- ✅ 4 Pilar Excellent Service untuk sekolah
- ✅ Strategi penanganan komplain dan membalikkan krisis menjadi kepercayaan
📅 Format Pelatihan
🧠 3 Hari Offline Training
⏰ 08.00 – 16.00 WIB
🎓 Dipandu oleh 2 Professional Coach Kuanta
💰 Investasi: Rp 6.000.000,-/hari
📞 Narahubung: Coach Indra – 0813-5886-1007
💬 Kata Kunci Hari Ini: LAYANAN.
Karena sekolah yang baik bukan hanya yang mengajar dengan baik—tetapi melayani dengan hati.
Hubungi Kuanta hari ini dan mulai perjalanan menuju sekolah yang tidak hanya unggul dalam kurikulum, tapi juga dicintai karena pelayanannya.
Kuanta merupakan lembaga yang berpengalaman dan terpercaya sebagai partner transformasi pendidikan melalui layanan konsultasi, pelatihan, pengembangan kepemimpinan, riset. Serta pendampingan berkelanjutan untuk menjadi lembaga pendidikan terbaik. Kuanta Indonesia bekerjasama dengan kementerian pendidikan, dinas pendidikan, yayasan pendidikan, Sekolah. Selain itu juga bekerja sama dengan Direktur Pendidikan, CSR, Pengurus Yayasan, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, dan tenaga Pendidik lainnya.
Temukan artikel kami yang lain di link berikut : Kumpulan Artikel Kuanta
Simak juga update terbaru dari kami melalui channel : youtube Kuanta Indonesia
Follow instagram kami di @kuantaindonesia