Orang Tua bukan Guru, Bisakah Mengajar Anak di Rumah?

Keluhan di masa pandemi semakin meningkat dalam dunia pendidikan. Pembelajaran daring banyak dikeluhkan, baik oleh guru, peserta didik, ataupun oleh orang tua.  Banyak siswa yang mengeluh bosan dengan metode pembelajaran daring yang terkesan itu-itu saja. Jenuh dengan pekerjaan rumah yang menumpuk dan menuntut mereka memahami materi secara mandiri.

Sedangkan para orang tua juga merasa harus ekstra dalam mengerjakan banyak tugas selama masa pandemi. Selain menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, orang tua yang bekerja juga harus menyelesaikan berbagai deadline pekerjaan yang telah beralih jadi work from home. Lalu pembelajaran yang juga dialihkan menjadi #dirumahaja akhirnya menambah tugas orang tua untuk membimbing dan menemani anak belajar dengan maksimal di rumah.

Akibatnya, banyak sekali keluhan yang hadir. Tekanan demi tekanan menjadi pupuk yang dapat menumbuh suburkan stres. Dan untuk mengobati berbagai tekanan ini kita perlu mengetahui akar permasalahannya lebih dulu.

DI artikel sebelumnya, kami sudah pernah membahas tentang Kiat-kiat Manajemen Stress Selama Di Rumah Aja. Poin paling penting dalam mengatasi sebuah permasalahan adalah mengetahui lebih dulu sumber masalahnya dari mana?

Beberapa waktu lalu, penulis sempat bertemu dengan seorang wali murid yang mengeluhkan pembelajaran daring karena beliau bukan seorang guru. Hal ini menyebabkan beliau merasa tidak memiliki kemampuan mengajar yang baik karena tidak mengetahui teknik-teknik pengajaran yang baik. Barangkali kita juga pernah menemui atau mengalami kasus yang serupa sebelumnya. Akibatnya, kita mengeluh karena tidak mampu  mengajar dengan baik.

Namun, menurut penulis alasan ini tidak bisa dibiarkan menjadi boomerang bagi orang tua sehingga merasa tertekan dan berpengaruh terhadap emosi orang tua ketika mengajar. Sebagai madrasah pertama dan pemanen bagi anak-anak, orang tua harus memiliki cara terbai untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Sahabat pendidik, dari kasus ini kita dapat sama-sama belajar bahwa tidak hanya guru yang harus bisa mengajar dengan baik, melainkan juga seluruh orang tua seharusnya bisa memberi pengajaran dengan baik. Peran edukator yang berpindah pada orang tua selama masa pandemi ini menyadarkan banyak orang tua bahwa mengajar bukan hal yang sangat mudah ketika harus memperhatikan berbagai metode pengajaran yang sesuai dengan anak.

Memang benar bahwa para guru memiliki kelebihan berupa bekal mengajar yang baik, yang mana telah diajarkan melalui berbagai pengalaman praktek mengajar selama berada di pendidikan tinggi yang mencetak para calon guru. Tapi bukan berarti, orang tua yang profesinya bukan guru tidak bisa mengajar anak-anak dengan baik sehingga merasa “pantas” untuk mengeluh.

Sahabat pendidik, sebanarnya hal ini sangat perlu kita pahami dari berbagai sudut pandang. Melihat dari segi esensi peran orang tua sebagai pengajar, metode mengajar yang baik bagi orang tua untuk anak-anaknya, hingga pada teknik-teknik memantau keaktifan belajar anak selama di rumah aja. Kali ini, kami akan mengulas beberapa sudut pandang tersebut.

Pertama, esensi peran mengajar orang tua.  Orang tua sejatinya memiliki peran mengajar sedari anak kecil.

Mengajari anak makan, berdiri, berlari, membaca, dan menghitung. Sebenarnya orang tua sudah punya bekal mengajar karena telah mengasah kemampuan itu ketika mendidik anak-anak mereka dari kecil sampai bisa bersekolah seperti saat ini. Latihan kesabaran orang tua telah terpupuk sejak awal untuk membimbing anak-anak belajar.  Jadi tidak ada alasan lagi bahwa orang tua tidak bisa mengajar karena bukan seseorang yang berprofesi sebaai guru. Hanya saja, perlu adanya peningkatan metode-metode mengajar karena kondisi dan situasi belajar anak yang selalu mengalami perubahan. Orang tua perlu memahami kondisi anak untuk bisa memberi pengajaran sesuai dengan ketertarikan anak.

Kedua, penggunaan metode mengajar yang baik untuk anak.

Sebenarnya, metode-metode mengajar pernah dilakukan orang tua ketika megajari anak-anaknya saat masih kecil. Hanya saja, dengan pengetahuan anak yang semakin banyak, rang tua perlu metode-metode lainnya yang lebih bervariasi. Seringkali juga, bidang pelajaran anak yang ditanyakan selama masa pembelajaran daring tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni orang tua sehingga orang tua sulit memberi pengajaran. Dalam hal ini kita juga perlu menyadari bahwa sebagai orang tua harus memiliki pengetahuan yang kaya. Meski orang tua tidak memahami materi yang ditanyakan anak dalam pembelajaran daring, orang tua bisa mengarahkan anak dan belajar bersama dari sumber-sumber yang bersangkutan. Jangan malah meminta anak mencari sendiri dengan dalih agar anak mandiri atau karena orang tua tidak paham materi. Orang tua juga perlu mengontrol anak ketika mencari sumber pengetahuan agar pengetahuan yang anak dapat dari internet dapat terarahkan.

Ketiga, orang tua wajib mengontrol keaktifan anak selama belajar di rumah aja.

Tidak jarang anak-anak dibiarkan tidak belajar atau bermalas-malasan karena orang tua sibuk dengan WFH atau pekerjaan rumah. Atau mungkin ada juga yang berdalih agar anak bisa belajar mandiri dengan memiliki kemauan sendiri untuk belajar. Hal ini tidak bisa terus dilakukan. Karena bagaimanapun, seorang anak masih perlu bimbingan untuk menjadi mandiri dalam belajar. Orang tua wajib mengontrol keaktifan anak, memberikan semangat untuk belajar, dan memberi amunisi agar tetap memiliki keinginan yang tinggi untuk meraih impian. Jangan sampai keaktifan anak belajar menjadi turun selama di rumah aja. Tapi, satu hal yang menjadi catatan penting juga, bahwasanya jangan sampai pengontrolan orang tua ini membuat anak stres. Usahakan melakukan cara yang easygoing sehingga anak bisa lebih santai mengomunikasikan perkembangan belajarnya pada orang tua.

Sahabat pendidik, sejatinya tidak ada orang tua yang tidak bisa mengajar anaknya dengan baik dan maksimal. Ini hanya perihal mau dan tidak. Orang tua harus menyadari betapa pentingnya keberhasilan pendidikan bagi anak dan masa depan anak. Manajemen waktu antata pengerjaan urusan rumah, deadline pekerjaan, dan membimbing anak belajar harus terus diasah dan dimaksimalkan dengan cara-cara kreatif dan tidak membosankan.

Dari ketiga poin diatas, sahabat pendidik mungkin memiliki kacamata berbeda dalam menanggapi kasus orang tua yang merasa tidak bisa mengajar karena tidak berprofesi sebagai guru. Jika ada, kami tunggu tanggapan sahabat di kolom komentar ya :))

Informasi Penting :

Sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan dimasa pandemi Covid-19 ini, Kualita Pendidikan Indonesia akan membantu sahabat pendidik untuk melakukan proses belajar mengajar jarak jauh. Klik disini untuk informasi lebih lanjut.

Referensi: Wiramarta, Kadek. 2020. Menjadi Orang Tua “HEBAT” dalam Masa Social Distancing. www.baliexpress.jawapos.com

Bagikan Artikel :

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Pinterest

Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter di Era Society 5.0

Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun  2003  Pasal  3  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional  bahwa  Pendidikan  Nasional  yaitu:  “berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban ...
Read More →

Menerapkan Konsep Pembelajaran Sepanjang Hayat Dalam Kehidupan Sehari-hari

Konsep pembelajaran sepanjang hayat. Ada pepatah “Tidak ada kata terlambat untuk  belajar”  pepatah ini diadopsi dari bahasa inggris “Never too late to learn”. Makna pepatah ...
Read More →

Kuanta Indonesia Gelar School Leadership Program 2024

Kuanta Indonesia berhasil gelar acara School Leadership Program (SLP) 2024. Kegiatan ini berupa pelatihan atau mentoring bagi para kepala sekolah serta wakil kepala sekolah di ...
Read More →