Kamu Harus Tahu 5 Kesalahan yang Sering Dilupakan Pendidik
Selain kualitas sistem pendidikan yang perlu diperbaiki, kualitas pendidik juga sangat penting untuk dibenahi. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap hari pendidiklah yang berinteraksi dengan murid-muridnya. Terlebih untuk sekolah yang menerapkan full day school, waktu peserta didik banyak digunakan di sekolah selama hari aktif sekolah.
Fakta ini perlu diiringi dengan kesadaran bahwa pendidik mempunya peran yang besar dalam membentuk peserta didik, Itu sebabnya kualitas pendidik harus selalu dibenahi, serta senantiasa mengikuti tuntutan zaman.
Seringkali kita temui banyak pendidik yang belum bisa merelevansikan pembelakaran dengan tuntutan zaman. Sehingga mengakibatkan miss communication dalam memahami kebutuhan peserta didik. Nah, berikut akan dipaparkan 5 kesalahan yang sering dilupakan pendidik dalam proses pembelajaran.
- Menyepelekan Tuntutan Zaman
Pendidik yang menyepelekan tuntutan zaman akan sulit memahami kebutuhan peserta didik di era digital ini. Akibatnya peserta didik hanya mendapat sesuatu yang konvensional. Ketidak relevanan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik ini sangat disayangkan. Karena sebagai seorang pendidik, kita harus mampu memahami dua hal penting itu, karakter dan kebutuhan peserta didik, serta tuntutan zaman dalam pendidikan.
- Menutut Nilai yang Bagus
Jika tuntutan pertama yang dihujamkan pada peserta didik adalah keharusan mendapat nilai bagus, maka jangan salahkan peserta didik jika melakukan apapun demi nilai yang bagus. Banyak sekali kasus peserta didik yang nyontek ketika ujian karena takut tidak dapat nilai bagus. Hal ini sangat menggemaskan karena harusnya bukan nilai yang diutamakan, melainkan pemahaman mereka terhadap sebuah materi.
- Memaksakan Metode Hafalan
Sebagian pendidik memaksakan metode hafalan pada tiap peserta didik sebagai upaya meningkatkan wawasan peserta didik terkait suatu materi. Bagi saya pribadi, tidak ada yang keliru dengan metode hafalan. Hanya saja pendidik sering lupa, bahwa ada yang lebih penting dari hafalan, yakni memahami. Kalau peserta didik sudah paham, tanpa dihafal pun mereka pasti akan mengingat materi yang sudah dipahami.
- Menuntut Peserta Didik untuk Pintar
Faktanya banyak sekali peserta didik yang merasa dirinya tidak pintar ketika tidak bisa Matematik atau Sains. Padahal setiap anak memiliki potensi yang berbeda di bidangnya masing-masing. Klaim yang disuguhkan pendidik (guru/orang tua) dengan mengukur kepintaran dari kecakapan anak dalam matematika atau sains adalah sikap yang sangat disayangkan. Menurut saya pribadi, tidak perlu menuntut anak jadi pintar, namun selalu mendorong dan memotivasi mereka untuk menggeluti passion mereka dan menjadikan itu sebuah gebrakan besar dalam prestasinya.
- Kurangnya Pemahaman Terkait Tujuan Belajar bagi Peserta Didik
Seperti yang dikatakan Najeela Shihab terkait ekosistem pendidikan Indonesia, banyak sekali anak yang tidak tahu tujuan mereka belajar. Saya sendiri sering bertanya-tanya ketika menerima sebuah materi, kenapa saya harus belajar materi ini? Apa hubungannya materi ini dengan kehidupans saya? Serta banyak pertanyaan lain yang serupa.
Padahal kita harus sama-sama menyadari bahwa tujuan belajar harus lebih visioner. Tidak terbatas pada pemahaman tujuan pendek, seperti “agar menjadi pintar”. Melainkan harus memandang tujuan yang lebih besar, salah satu contohnya, “agar menjadi pengusaha yang bermanfaat bagi masyarakat.”
Memang perlu adanya pemahaman akan target visioner pada peserta didik agar mereka tidak sekadar menerima apa yang disuguhkan, tapi juga mau memproses setiap materi dengan kereatifan mereka masing-masing.