Pendidik yang Mengajar dan Mendidik – Sahabat pendidik, seringkali kita temukan banyak anak didik yang pintar tapi memiliki attitude yang kurang baik. Padahal kecerdasan dan attitude harus sama-sama dimiliki oleh anak didik kita. Keseimbangan ilmu dan sikap juga perlu diajarkan pada anak-anak didik. Lalu sebenarnya apa sih yang salah sehingga banyak kasus anak didik yang pintar tapi kurang baik attitudenya?
Kali ini mimin akan menjabarkan apa saja kesalahan yang sering dilakukan oleh pendidik sehingga mencetak generasi yang cerdas tapi tidak memiliki attitude yang baik. Kira-kira apa saja ya? Check it out, yuk!
1. Melupakan Esensi Lembaga Pendidikan
“Aku ini sudah berusaha rajin Pak. Aku juga sudah berusaha jujur Pak. Tapi kenapa aku kok malah gagal!”, kata seorang siswa berkeluh kesah.
Sebut saja Ragil, dia berusaha untuk menjadi siswa yang rajin. Ia bersungguh-sungguh dalam belajar. Ia banyak membaca buku. Tugas guru tak pernah ia lalaikan. Ia Ingin memiliki beragam ilmu. Setiap ujian, dia kerjakan tidak hanya dengan benar, melainkan juga dengan kejujuran.
Tapi, semua yang ia lakukan justru menuai cemoohan. Ia dikatakan kutu buku, dianggap sok pintar, dan dijuluki sang profesor. Apalagi saat ujian, kebiasaannya mengerjakan soal dengan jujur itu justru menjadi bahan tertawaan. Di kelasnya, dia justru mendapat nilai terendah, walau nilainya tergolong masih memenuhi KKM (Kriteria Ketu ntasan Minimal) bahkan masih di atasnya. Namun nilai itu masih di bawah teman-temannya yang memiliki nilai hampir sama, bahkan sama persis karena nilai itu merupakan hasil contekan.
Mencetak manusia pintar bisa dilakukan dengan jalan pintas, namun mencetak manusia terdidik butuh proses panjang dan kesabaran.
Potret sekolah yang seperti ini, jelas membuat kita malu. Jika yang terjadi demikian adanya maka dapat dikatakan sekolah kita bukanlah lembaga pendidikan, sekolah kita hanyalah sebuah lembaga pengajaran. Sebab lembaga pendidikan pastilah akan mendidik siswanya. Mendidik adalah memproses siswa menjadi baik, sedangkan mengajar adalah memproses orang menjadi pintar. Jika sekolah hanya menjadi sebuah lembaga pengajaran, akibatnya siswa kita hanya ‘pintar’ tetapi tidak ‘baik.’ Potret sekolah yang demikian akan menjadi parah dampaknya, demikian juga halnya jika diterapkan dalam sistem pendidikan di rumah dan di lingkungan.
Nah, jadi kita perlu selalu mengingat esensi dari pendidikan itu sendiri, yang tidak hanya memintarkan anak bangsa, melainkan untuk menjadikan generasi bangsa berakhlakul karimah.
2. Melupakan Tugas Utama seorang Pendidik
Sahabat pendidik, sebagai seorang pendidik kita harus mengutamakan tugas utama kita untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak. Mencetak manusia pintar bisa dilakukan dengan jalan pintas, namun mencetak manusia terdidik butuh proses panjang dan kesabaran. Menjadi orang yang terpelajar memang dapat mendukung kesuksesan kita dalam dunia karir, namun jika hanya menjadi terpelajar tanpa terdidik, kita akan menjadi seseorang yang bisa merugikan orang lain. Ibaratnya begini, orang terpelajar akan mudah membeli mobil, namun dengan mobilnya itu justru dia rajin membuang sampah di jalan atau mengemudikan mobil ugal-ugalan sehingga membuat orang lain celaka. Sebab apa? Sebab dia tidak terdidik
Banyak lembaga di negara ini yang mengalami kebangkrutan, miliaran rupiah pun musnah, hanya karena orang terpelajar tapi tidak terdidik. Jadi apa yang salah? Ya, mungkin kita salah mencapai tujuan, sekolah kita telah banyak menghasilkan orang-orang terpelajar namun kurang terdidik. Begitupun dengan para pendidik, yang seringkali terfokus pada tujuan menjadikan anak didik cerdas, tapi lupa atau lengah untuk menjadikan anak berkarakter baik. So, jika ingin anak didik menjadi pribadi yang benar-benar sukses, jadikan diri kita orang terdidik yang bukan hanya terpelajar. Bagaimanapun, pendidiklah yang nantinya akan menjadi suri tauldan bagi anak didiknya. .
Nah, dua masalah itu seringkali terjadi di lingkungan pendididikan. Sahabat pendidik, mugkinkah juga pernah terjadi pada kita? Meski pernah,, yuk kita perbaiki agar pendidikan di negeri tercinta ini semakin baik. Tentunya, segala perbaikan perlu dimulai dari diri kita sendiri. Karena untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berahlak membutuhkan pendidik-pendidik yang juga cerdas dan berakhlak. Maka, marilah menjadi pendidik yang cerdas dan beraklah, serta pendidik yang benar-benar mendidik dalam tiap pengajaran.
Narasumber: Siswanto, S.Pd (Master trainer KPI)
Editor: Syifaanur Al Fitria
Informasi Penting :
Sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan dimasa pandemi Covid-19 ini, Kualita Pendidikan Indonesia akan membantu sahabat pendidik untuk melakukan proses belajar mengajar jarak jauh. Klik disini untuk informasi lebih lanjut.