Kuanta Indonesia berhasil gelar acara School Leadership Program (SLP) 2024. Kegiatan ini berupa pelatihan atau mentoring bagi para kepala sekolah serta wakil kepala sekolah di seluruh Indonesia. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (27-29/09/2024) di Hotel Santika Premiere Gubeng Lantai 3, Surabaya.
Pada kesempatan tersebut, Kuanta Indonesia menghadirkan para mentor profesional, seperti Edy Kuntjoro, M.Pd, selaku Direktur Pendidikan Boarding Yayasan Lembaga Pendidikan Al Hikmah; Wiwik Erly, M.M, selaku Direktur Aksi Coaching Surabaya; Yuni Istikhah, M.Pd., selaku Direktur Pengembangan Produk di Kuanta; Dr Shobikhul Qisom, selaku Kepala STIDKI Ar Rahmah Surabaya; dan M. Fauzi Nur Fahrudin, S.Pd, selaku CEO Kuanta Indonesia.
Edy Kuntjoro, M.Pd, selaku salah satu narasumber, mengawali materinya dengan menyinggung berbagai stereotip terkait profesi guru. “Guru itu kadang-kadang sebuah kutukan. Ketika pekerjaan lain tidak lolos, kemudian dari pada nganggur, ya sudah jadi guru saja,” ujarnya.
Fenomena Gajah Putih
Menyinggung persoalan guru, dalam kesempatan itu, Edy, sapaannya, menyampaikan materi terkait “Eksponensial Leadership”.
Dalam interaksi itu, dengan jumlah peserta merupakan para guru swasta. Ia menyebutkan bahwa terdapat tiga ciri dari sekolah swasta. “Pertama, Kaya masalah. Masalah ini dapat datang dari berbagai hubungan segala pihak. Kedua, Susah berkembang. Dan ketiga, mampu bertahan hidup. Mengapa? sebab, masih ditemukan sekolah dengan jumlah anak didik yang tergolong sedikit. Beberapa ciri tersebut, sama halnya dengan suatu perumpamaan fenomena gajah putih,” terangnya.
Mengenal fenomena “Gajah Putih” merupakan suatu hasil penelitian pada tahun 2014, yang memiliki arti useless. Pasalnya, Gajah putih ini memiliki ciri-ciri perawatan yang bukan main-main, mahal, fungsinya hanya sebagai bahan tontonan, kurang dari segi fungsinya, tetapi jika dibuang sayang.
“Jadi, permisalan fenomena ini akan sama hal nya terjadi, jika para guru atau kepala sekolah yang mengikuti pelatihan, tetapi saat pulang tidak membawa perubahan apapun. Alhasil sama saja,” tegasnya.
Peran Penting Guru bagi Anak Didik
Kemudian, beliau juga kembali mengingatkan perihal dana 80 Triliun yang digunakan untuk Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) guru se-Indonesia. Dana tersebut, rupanya tidak cukup menghasilkan kualitas yang memadai, sehingga tidak sesuai yang harapan.
“Artinya, uang 80 Triliun yang dikeluarkan tiap tahun tidak cukup signifikan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Sedangkan, riset membuktikan bahwa guru itu berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar siswa,” simpulnya.
Dalam suatu kasus yang Ia teliti, menghasilkan sekitar 83 persen waktu anak habis bersama dengan gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa guru sangat memiliki peran penting terhadap anak didik, dalam proses bertumbuh dan berkembang, sehingga juga mempengaruhi terhadap kualitas anak.
“Oleh karena itu, jika sekolah terlihat biasa-biasa saja, dapat dilihat kemungkinan kepala sekolahnya juga biasa-biasa saja. Namun, jika menginginkan sekolahnya outstanding, bagus, berkualitas, maka gurunya pun harus outstanding terlebih dahulu,” pungkasnya.
Temukan artikel kami yang lain di link berikut : Kumpulan Artikel Kuanta
Simak juga update terbaru dari kami melalui channel : youtube Kuanta Indonesia
Follow instagram kami di @kuantaindonesia